Selasa, 29 Januari 2013

PERPUSTAKAAN


Oleh: Nahlawa Fairuz Zanjabila


Keinginan untuk membaca itu bukan semata karena buku yang dibaca bagus. Seringkali, semangat membaca hadir karena adanya tempat yang nyaman. Lebih kongkritnya, ada fasilitas yang membuat kita merasa ‘asyik’ ketika membaca. Hal itulah yang penulis pelajari dari perpustakaan baru di kampus penulis. Perpustakaan baru, dengan wajah baru, tampilan baru, setting baru, dan segala ‘kebaru(-baru)an’ lainnya terbukti menyedot banyak pengunjung.
               
Dilihat dari isi buku mungkin tidak banyak yang berbeda dengan perpustakaan lama. Namun, karena lokasi yang strategis ditambah dengan ada embel-embel candi –anugerah Allah– ceritanya menjadi lain. Inilah yang membuat penulis semakin sadar bahwa yang terpenting itu bukan sekadar substansi (esensi). Lebih dari itu, hal-hal yang sifatnya out of essence (di luar esensi) juga penting. Sebab, logika manusia dibangun bukan untuk ‘menangkap’ isi saja tetapi apa yang mengitari isi juga.

Maksudnya begini, membaca itu tujuannya untuk mendapatkan ilmu dari buku-buku yang bermutu. Titik poinnya berada pada isi buku. Namun, bagaimana kalau kita harus membaca di ruang yang sama sekali tidak nyaman, tidak ada unsur estetikanya, pengap, dan segenap alasan negatif lainnya? Tentu, banyak yang akan menjawab: “Lebih baik tidak membaca.” Hal ini karena dalam proses pemahaman butuh suasana yang tenang dan nyaman.  
               
Berangkat dari uraian di atas maka penting untuk mendesain perpustakaan dengan baik dan unik. Sehingga, siapapun yang berkunjung akan merasa betah didalamnya. Tentu, bukan betah karena tertidur pulas namun betah membaca, menambah pundi keilmuan. Konsep pelayanan yang memuaskan juga penting. Misalnya, petugas selalu siap sedia untuk membantu para pengunjung untuk mencari buku yang diinginkan dan sebagainya.    
               
Perpustakaan lahir sebagai apresiasi terhadap urgensi ilmu pengetahuan. Perpustakaan menjadi rujukan penting untuk menggali lebih jauh wawasan yang selama ini kita dapatkan. Betapapun demikian, lagi-lagi perpustakaan tidak cukup hanya dengan buku-buku yang berkualitas. Ia harus juga dilengkapi dengan fasilitas yang memadai dan pelayanan yang memuaskan. Dengan demikian, hadirnya perpustakaan benar-benar berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan.              
               
Jika perpustakaan yang ‘oke’ sudah ada di tengah-tengah kita maka selanjutnya adalah ‘tentang kita’. Maksudnya, sudikah kita melangkahkan kaki ‘menujunya’ sebagai bagian dari usaha pencarian ilmu. Perpustakaan bukanlah monumen yang dikunjungi sekadar untuk tujuan rekreasi. Ia harus terus disambangi demi mendapatkan pengetahuan yang berharga. Dan itu semua adalah pilihan kita.
               
Sejak awal, dalam agama Islam diajarkan tentang pentingnya membaca. Firman Allah SWT yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW adalah ‘perintah membaca’. Dalam konteks ini, perpustakaan hadir untuk memberi kesempatan semua orang untuk membaca. Artinya, adanya perpustakaan sebenarnya adalah aplikasi dari firman Allah. Siapapun yang terlibat di dalamnya berhak atas ‘lebel’: orang yang menghidupkan firman-Nya.
               
Banyak hal yang sudah penulis ungkapkan terkait perpustakaan. Marilah kita merenung bersama bagaimana nasib perpustakaan kita ke depan. Kalau kita tidak menjaga budaya baca maka tidak ada jaminan generasi ke depan akan rajin membaca. Kalau kita tidak menyiapkan perpustakaan yang nyaman, lalu kemana anak cucu kita akan giat membaca? Mulai saat ini, pentinglah kiranya untuk memikirkan itu semua. Semoga Allah Meridhai kita. Āmīn. Allāhu a’lamu. []
               


0 komentar:

Posting Komentar