Jumat, 15 Februari 2013

MOMEN LANGKA

Oleh: Samsul Zakaria (Ka’ Sams)


Tanggal 12 bulan 12 (Desember) tahun 2012 adalah momen langka yang tidak pernah terulang. Wajar kalau banyak orang yang mengabadikan tanggal itu dengan caranya masing-masing. Bahkan ada juga yang sengaja mempercepat proses kelahiran buah hatinya dengan operasi demi mendapatkan tanggal lahir yang cantik. Momen langka laksana emas permata yang nilainya tinggi alias berharga jual mahal.
 
Di tanggal tersebut, siang harinya saya mengikuti kuliah rutin di ruang kelas. Usai kuliah, seorang adik tingkat mengajukan usul kepada saya. Tanggal tersebut bertepatan dengan hari Rabu. Biasanya setiap Rabu, sore harinya kami belajar bahasa Arab bersama. Adik saya tadi usul bagaimana kalau di tanggal cantik tersebut digunakan untuk jalan-jalan saja. Tanpa banyak pertimbangan, akhirnya saya menyetujui usul brilian tersebut.
 
Setelah melalui diskusi singkat, terjadilah satu kesepakatan. Museum Merapi yang menjadi destinasi kami siang menjelang sore itu. Kami satu rombongan sebanyak 6 orang. Dengan mengendarai sepeda motor, kami pergi menuju lokasi. Kira-kira 20 menit kami sudah sampai di museum tersebut. Museum tampak sepi. Kata petugas, museum ramai kalau pas liburan sekolah, termasuk hari minggu.
 
Sebanyak 6 tiket saya beli. Kami mulai menyusuri bagian dalam museum. Pertama kali kami menyaksikan replika Gunung Merapi. Saat itu, saya perhatikan dengan seksama pula bagian puncak gunung berapi tersebut. Bagian itu yang dikenal dengan Puncak Garuda. Dengan izin Allah, Minggu (10/2/13) saya dan 8 teman saya berhasil mencapai puncak tersebut. Sebuah kenyataan yang menjadi kenangan tak terlupakan.

(Foto 1)
 

Merapi mulai menjauh dari pandangan mata. Pasalnya, museum itu berukuran lumayan luas, dan bertingkat. Gambar yang berisikan peristiwa yang berkaitan dengan aktivitas Merapi menjadi suguhan utama. Satu demi satu kami meneliti gambar-gambar yang tidak sempat kami hitung jumlahnya. Itulah gambar yang bagi saya bernilai seni tinggi. Kata seorang kakak, seni itu untuk dinikmati bukan dinilai, apalagi dihitung jumlahnya.
 
Ada satu “bangkai” motor yang cukup menyentil penglihatan mata. Motor tersebut sudah tinggal kerangka. Dari wujudnya, jelas sekali kalau motor itu ketika erupsi Merapi tersiram lahar dalam jumlah besar. Sungguh naas sekali nasib motor tersebut, benda mati yang mempermudah mobilitas manusia. Tetapi dengan nasibnya yang naas itu akhirnya ia “diawetkan”, disaksikan ribuan pasang mata.

(Foto 2)
 

Kalau melihat motor tinggal kerangka, lalu bagaimana kalau obyeknya adalah manusia? Tentu akan lebih fatal lagi. Barangkali tulang-belulang pun sudah tidak tersisa. Saya yakin bahwa mereka yang wafat dalam kondisi yang demikian akan mendapatkan rapor baik dari sisi-Nya. Secara jasad mungkin lebur, lalu rata dengan semesta kehidupan. Tetapi ruh, jiwa, tetaplah abadi, merasakan kenikmatan Ilahi.
 
Di momen yang langka tersebut, kami mendapatkan pelajaran yang juga langka. Hidup di alam ini memang sebuah kenikmatan tersendiri. Bagaimanapun hukum kehidupan juga pasti berlaku. Kalau memang ada saudara kita yang menjadi korban aktivitas alam tanpa kesalahan pastilah Tuhan menyiapkan tempat baginya yang mapan. Semoga kita nantinya dapat menjumpai-Nya dalam keadaan yang terbaik. Āmīn. []


Keterangan Foto: (1). Replika Gunung Merapi dengan penampakan Puncak Garuda yang tidak begitu kentara. (2). Sebuah bangkai sepeda motor yang sengaja dijadikan kenangan meletusnya Merapi tahun 2010.

0 komentar:

Posting Komentar