Minggu, 27 Januari 2013

GUA PINDUL



Ingin menyaksikan panorama alam yang menakjubkan? Silakan berkunjung ke Gunung Kidul. Di sana ada sebuah gua yang menawarkan keindahan yang luar biasa. Gua Pindul, itu namanya. Sebuah gua yang didalamnya tergenang air dengan kedalaman yang lumayan. Semua yang memasukinya wajib mengenakan pelampung dan ban sebagai pengaman. Setelah itu, silakan “cuci mata” selama penyusuran gua.

Minggu (17/6/12) adalah hari dimana saya bersama 7 orang teman berkunjung ke sana. Sudah lama sebenarnya saya berkeinginan untuk menginjakkan kaki di gua itu. Alhamdulillāh, penantian itu berakhir juga. Hari itu sungguh sangat berkesan. Selain dapat touring bersama teman-teman lama, juga berkesempatan mencicipi jamaliyah Tuhan yang berwujud nyata di alam semesta.
  
Mungkin banyak yang bertanya mengapa gua itu bernama “Pindul”. Ketika akan memulai manuver, pengunjung bisa membaca prasasti yang baru dibuat tahun 2011. Diceritakan bahwa pindul adalah sebuah singkatan. Kepanjangannya adalah, “Pipi Kebendul”. Artinya adalah, pipi yang terbentur. Konon, ada bayi yang akan dibuang di gua itu namun harus dimandikan dahulu. Ketika dimandikan pipi bayi tersebut terbentur batu. Sehingga, gua itu dinamakan Gua Pindul. Begitu!

Terlepas dari itu, saya dan teman-teman sangat menikmati perjalanan penyusuran gua siang itu. Kata takjub sembari mengucap tasbīh terus terdengar selama penyusuran. Ditambah dengan celotehan 3 pemandu yang tak henti-hentinya menceritakan keunikan gua. Plus dengan mitos-mitos yang boleh dipercaya atau tidak. Pastinya, perjalanan itu menyisakan kenangan yang tak terlupakan.

Nilai keunikan Gua Pindul menurut saya adalah kandungan airnya. Tentu sudah banyak gua yang dikunjungi pembaca. Namun, biasanya gua itu sekadar “terowongan” hampa yang dasarnya adalah tanah. Nah, sementara Gua Pindul itu berbeda. Selain dindingnya adalah bebatuan yang eksotis juga kita dapat menyelami air yang ada sepanjang gua itu. Inilah yang membedakannya dengan gua lainnya.

Gua Pindul sendiri terdiri dari 3 wilayah. Pertama, wilayah terang. Kedua, wilayah remang-remang. Ketiga, wilayah yang gelap gulita. Ketika berada di wilayah yang ketiga, pemandu menawari untuk mematikan lampu senter. Akhirnya, kita setuju, supaya dapat merasakan sensasi gelap di tengah gua. Pada saat itulah, kita dianjurkan untuk merenung –mungkin juga meditasi­– dan berdoa kepada Sang Kuasa.

Banyak hal yang saya dan teman-teman pelajari dari Gua Pindul. Ketika Allah ingin menunjukkan kuasa-Nya di jagad raya maka tidak ada halangan sama sekali bagi-Nya. Gua Pindul, menurut saya, adalah contoh nyatanya. Panorama Gua Pindul mungkin susah difikirkan bagaimana asal kejadiannya. Namun, atas “restu”-Nya semua yang dalam logika manusia sukar itu menjadi sangat mungkin.

Tentu sudah banyak yang penasaran ingin berkunjung ke sana. Silakan, langkahkan kaki ke daerah Bejiharjo, Gunung Kidul. Jangan khawatir jika ada tawaran warga untuk menghantarkan ke lokasi. Gratis, tak berbayar karena warga sudah mendapat imbalan dari pengelola gua. Mengapa masih butuh guide menuju ke sana? Iya, pasalnya dari Kota Yogyakarta memang tidak ada penunjuk arahnya. Tertarik? Silakan buktikan! Allāhu a’lamu. []

0 komentar:

Posting Komentar