Selasa, 29 Januari 2013

PASSION


Oleh: Samsul Zakaria


Bagaimana rasanya mengerjakan sesuatu bukan karena cinta? Alih-alih menikmati pekerjaan tersebut, justru yang didapat adalah perasaan terpaksa dan segudang ‘kegalauan’ lainnya. Inilah pentingnya ‘passion’ dalam beraktivitas (bekerja). Sebab, kecintaan kita terhadap pekerjaan memacu (hormon) adrenalin untuk ‘total’ dalam bekerja. Lalu, apa yang sebenarnya menjadi ‘our passion’?
               
‘Passion’ memang sebuah istilah yang –kelihatannya– kebarat-baratan. Hal ini tidak lepas dari kegemaran kita untuk mengimpor istilah asing. Well, bagi penulis pribadi perkara ini tidaklah menjadi masalah berarti. Toh, dengan begitu kosakata kita menjadi semakin kaya. ‘Just take the positive side’ aja dech. So, ‘passion’ itu erat kaitannya dengan ‘tagline’ tayangan humor gombal di televisi itu lho. Iya, passion is about heart and love.
               
Penulis mencoba berselancar untuk mencari makna ‘passion’. Penulis tampilkan arti ‘passion’ urutan pertama dari: http://www.artikata.com/arti-133588-passion.html. ‘Passion” diartikan dengan ‘a strong feeling or emotion’. Ringkasnya, ‘passion’ adalah perasaan dan emosi yang kuat terhadap sesuatu. Mungkin juga berarti ‘chemistry’, seberapa erat keterikatan emosional kita dengan pekerjaan yang kita jalani.
               
Penulis pernah mengikuti acara “bookreview” yang diselenggarakan oleh stasiun radio milik pemerintah. Hadir dalam acara tersebut Trinity, seorang penulis perjalanan yang memiliki label ‘naked traveler’. Ia bercerita tentang kisah hidupnya yang awalnya hanyalah seorang karyawan. Akhirnya, ia memutuskan untuk menjadi seorang ‘travel writer’ dengan segala konsekuensinya.
               
Karyawan dengan (pe)kerjaan dan gaji yang tetap memang ‘mengenakkan’. Buktinya, banyak orang yang berebut untuk mendapatkan pekerjaan tersebut. Namun, bagi Trinity, menjadi karyawan bukanlah ‘passion’-nya. Sejak kecil ia sudah hobi jalan-jalan. Itulah mengapa kemudian ia memilih untuk beraktivitas sesuai dengan ‘passion’-nya. “Follow your passion and the success will follow you,” nasihatnya.
               
Banyak orang yang sukses secara materi namun secara pribadi ia tidak menikmati kesuksesannya tersebut. Bisa jadi itu terjadi karena yang bersangkutan sukses dalam bidang yang bukan ‘passion’-nya. Ia bekerja bukan pada kecintaan dan ‘expertise’-nya yang sesungguhnya. Itulah mengapa, ketika sesuatu diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka kehancuran berada di depan mata.
               
Kembali ke pertanyaan di atas, apa yang sebenarnya menjadi ‘our passion’? Jawabannya: relatif. Kalau mau yang subyektif, yang lebih tahu adalah diri kita sendiri. Sementara yang obyektif biasanya orang lain (liyan) lebih tahu. Namun, bagaimanapun yang lebih berhak tahu tentang diri kita tiada lain adalah diri kita sendiri. So, mulai sekarang mari sama-sama untuk ‘look in’ diri kita masing-masing.
               
Dengan mengenal diri maka kita akan tahu dimana ‘passion’ kita. Apakah kita harus rela menerima apa yang selama ini sudah menjadi keseharian kita? Padahal itu tidak sesuai dengan ‘passion’ kita. Jika memang demikian kondisinya, toh tidak (ber)dosa kita beralih jalur asalkan itu sesuai dengan ‘our passion’. “Risiko terbesar dalam hidup adalah ketika kita tidak berani mengambil risiko sama-sekali,” tutur Trinity. Allāhu a’lamu. []

0 komentar:

Posting Komentar