Jumat, 17 Mei 2013

MARCO SIMONCELLI

Oleh: Samsul Zakaria (Ka’ Sams)

 
Ada yang masih ingat dengan Marco Simoncelli? Siapakah dia, dan dimana sekarang dia berada? Dialah pembalap MotoGP yang saat itu sudah bersemayam di alam yang belum pernah kita “kunjungi”. Nama “Simoncelli” menjadi lebih terkenal karena kecelakaan yang menewaskannya. Musibah itu terjadi saat dia beradu-laga di Sirkuit Internasional Sepang, Malaysia. Selasa (14/5/’13) sore, saya (dan 4 sahabat saya) melewati daerah sirkuit tersebut.

Dialah Marco Simoncelli. Source of picture: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXzdpZ_lrr-TLiqrSHRfuneK1sFwL-YclGjvR_x7Z3R4EkeKWJi6NWHLPwOvEtZW-BptMHRjA2-ygsNZxIenCK45-JLqQhpLSkOniLEcLshJeLL8I6p3IuJRo05kRxOEx2xP9Fhc9oCBI/s1600/marco-simoncelli-.jpg
Setelah taksi yang kami naiki keluar dari LCCT, kami langsung menjumpai sirkuit tersebut. LLCT memang berada di daerah Sepang, tempat dimana sirkuit MotoGP tersebut berada. Keduanya berdekatan. Sekejap sebelum kami melewati sirkuit tersebut, pak sopir mengabarkannya kepada kami. Akhirnya, saya sebut pula nama Marco Simoncelli, dan pak sopir mengerti apa yang saya maksud.

Dalam Al-Qur’an difirmankan bahwa seseorang tidak pernah tahu dimana dia akan “meninggal”. Simoncelli yang berasal dari Italia barangkali tidak pernah terpikir akan menghembuskan nafas terakhirnya di Malaysia. Tetapi maut berbicara dengan tegas dan lugas bahwa kisah kehidupannya harus terhenti di sana. Inilah yang dimaksud bahwa maut adalah rahasia Ilahi yang tidak diketahui oleh siapapun.

Dalam usia 24 tahun (23 Oktober 2012), Simoncelli menghembuskan nafas terakhir. Pertolongan medis –yang diusahakan manusia– tak mampu menyelamatkannya. Apalah daya, barangkali memang “tugas kehidupannya” di dunia sudah usai dan harus menghadap kepada Sang Esa. Berita kematiannya pun menyebar ke seluruh dunia. Simoncelli yang memang sudah terkenal menjadi semakin dikenal dan tentunya “dikenang”.

Terlepas dari bagaimana kehidupan Simoncelli, dia memiliki prestasi internasional. Sebuah pencapaian yang tidak didapatkan oleh kebanyakan orang. Dalam rangka mendapatkan prestasi tersebut Simoncelli telah mengawali kiprah balap profesionalnya dalam usia yang cukup belia, 9 tahun (http://id.wikipedia.org/wiki/Marco_Simoncelli). Simoncelli memberikan pelajaran bahwa sukses itu tidak instan, tetapi butuh proses.

Dari Marco Simoncelli, saya ingin belajar banyak hal tentang kehidupan. Lebih khususnya masalah kematian yang dimanapun bisa datang menghampiri. Maut tidak pernah berkompromi dengan kita ketika akan menjumpai kita. Dia datang tanpa kabar dan konfirmasi. Tetapi kehadiran adalah sebuah keputusan yang bulat. Dalam lindungan benteng terkuat sekalipun kita tidak bisa menghindar darinya jika memang sudah tiba masanya.

Jika kematian memang pasti adanya, lalu apa yang sudah kita lakukan semasa hidup di dunia? Jika gajah meninggalkan gadingnya dan harimau meninggalkan belangnya, so apa yang mungkin kita tinggalkan nanti? Jika Simoncelli dikenal karena kepandaiannya berkendara MotoGP, terus apakah kepandaian kita? Dunia memang sebuah kefanaan tetapi dunia adalah penentu kehidupan yang abadi nantinya.

Dalam keterbatasan umur, sebaiknya kita berusaha meningkatkan kuliatas diri. Meliputi hubungan kita dengan Allah ta’āla dan relasi kita dengan sesama. Jika sudah begitu, maka kita mulai menyongsong kematian, dan siap menghadapinya dimanapun. Kita yang lahir dan besar si suatu negara belum tentu dihampiri kematian di negara yang sama, seperti yang terjadi pada Simoncelli. Allāhummakhtim lanā bi husnil khātimah... []    

0 komentar:

Posting Komentar