Selasa, 28 Mei 2013

DOSEN KEREN

Oleh: Samsul Zakaria (Ka’ Sams)


Di hari ke-13 di Malaysia, saya perlu mengucapkan syukur kepada Allah Yang Maha Segalanya. Hari itu, Senin (27/5/’13) saya baru menemukan “tempe”, di kantin Fakulti Syariah dan Undang-Undang (FSU). Saya memang sudah sering makan di kantin itu, bahkan setiap hari saat waktu aktif kuliah. Tetapi tak tahu mengapa baru hari itu saya menjumpai tempe. Tempe, adalah makanan yang sering saya jumpai di Indonesia, dan saya rindukan di Malaysia.

Ketika saya dan Iqbal Zen sedang menikmati sarapan kami siang itu, datanglah Anis “Congkak” dan Nasyitah. Mereka berdua adalah students asli Malaysia. Mereka menghampiri kami, dan menyodorkan buku berjudul Tamadun Islam dan Tamadun Asia (TITAS). Lebih spesifik, Anis menunjukkan bagian yang membahas tentang asal-usul bahasa Melayu. Tetapi saya tidak ingin membahas lebih jauh masalah ini.

Menjelang titik inti, sebelumnya saya bertanya kepada Anis apakah hari itu mereka ada kuliah lagi. Dia mengiyakan, dan kuliah itu akan dimulai pukul 02.00 Waktu Malaysia. Saya dan Iqbal Zen berencana untuk mengikuti perkuliahan tersebut. Sayangnya, kami urung untuk masuk ke ruang kuliah Anis dan Nasyitah dan justru “terhipnotis” untuk masuk ke ruang sebelah. Tepat di samping ruang kuliah Anis dan Nasyitah.

Ketika sudah berada di ruangan, saya pun mengirimkan pesan singkat ke salah satu dari mereka. Saya katakan, kami tidak jadi mengikuti kelas mereka tetapi kami ikut kuliah di kelas samping mereka. SMS itu dijawab. “Oke... Selamat menuntut ilmu...” Saya merasa lega karena mereka tidak kecewa saya urung mengikuti kuliah mereka. Saya pun mencoba untuk mengikuti kuliah siang itu dengan baik.

Source: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCBRdhlfMoTMFksoORnxpm2TARAyYe038VKNTgRqFQJWhNmgaGi4RpUfhnY1ZT2XuarW2KakPPjixlRgrNkQoM0LIwgs8429lF7x6WMgmYP432YduOB0IUgghHeXQ2FX2g3Wm6EuAifpIU/s400/lecture.jpg
Dosen yang masih tampak muda, gagah. Berdasi, tetapi mengenakan baju (hem) lengan pendek. “Modis,” pikir saya. Osama Kanaki, namanya. Materi kuliah siang itu tentang Manhaj ad-Da’wah al-Islāmiyah. Siang itu adalah kuliah terakhir karena minggu depannya adalah Study Week (minggu tenang). Minggu selanjutnya akan diadakan final examination. Jadi, materi yang disampaikan kala itu boleh dikatakan sebagai materi paripurna.

Bagi saya, Mr. Osama itu keren. Dia menyampaikan kuliah dengan baik dan lancar. Menariknya, dia menggunakan 2 bahasa sekaligus: Arab dan Inggris. Itulah mengapa saat seorang mahasiswa diminta maju untuk menyampaikan kuliah apa yang paling disukai. Dia katakan bahwa kuliah Mr. Osama lah yang menjadi favoritnya. Dia bukan tanpa alasan. Alasan logisnya karena Mr. Osama mampu berbahasa Arab dan Inggris dengan baik.

Bagi mahasiswa yang “oke” bahasa Arabnya tetapi kurang bahasa Inggrisnya, tetap bisa menerima kuliah dengan baik. Sebaliknya, mereka yang lebih “matang” bahasa Inggrisnya, juga bisa mengikuti kuliah dengan maksimal. Selain itu, penjelasan beliau akan slide yang ditampilkan juga sangat jelas dan lugas. Ditambah dengan kisah-kisah menarik yang menguatkan apa yang dimaksudkan.

Saya pun berpikir, inilah dosen yang patut untuk dicontoh. Di usianya yang masih muda, beliau sudah menyelesaikan doktoralnya (Ph.D). Diapun terlihat “dekat” dengan mahasiswaa. Mau menerima masukan untuk perbaikan kuliahnya di masa yang akan datang. Penting juga bahwa slide mata kuliah beliau tidak banyak, tetapi inti-intinya sudah terangkum dengan jelas. Luar biasa! Terima kasih, Mr. Osama atas ilmu dan hikmahnya. []

0 komentar:

Posting Komentar