Senin, 20 Mei 2013

PUTRA JAYA

Oleh: Samsul Zakaria (Ka’ Sams)

 
Hari itu, Kamis (16/5/’13) saya [dan Iqbal Zen] bagai mendapatkan durian runtuh. Sama sekali kami tidak menyangka bahwa hari itu kami yang baru 2 hari di Malaysia akan langsung berjalan-jalan santai. Sekitar pukul setengah 10, Dr. Azman Ab. Rahman –salah satu timbalan dekan FSU– menyambangi ruangan kami. Setelah bercakap-cakap sebentar, beliau mengajak kami untuk berjalan-jalan. “Hayya natājawwal awwalan,” kata beliau.

Tanpa berpikir panjang, kami mengiyakan ajakan yang bagi kami langka tersebut. Ruangan kami tidak ada kuncinya. Sementara hari itu kami membawa laptop. Demi keamanan dan ketenangan, tas yang berisi laptop dal lain-lain itu kami titipkan di ruangan Dr. Azman. Itupun tentu atas persetujuan –lebih tepatnya saran– dari beliau. Setelah itu, kami pergi ke luar, mengikuti langkah Dr. Azman.

Awalnya, saya pribadi menyangka bahwa kami hanya diajak jalan-jalan sekitar(an) fakultas. Seperti yang dialami teman-teman kami di FPQS, mereka diajak oleh pihak fakultas untuk berkeliling fakultas di hari pertama magang. Saya pun mengira jadwal “keliling” kami di hari kedua tersebut. Ternyata, dugaan saya salah dan karena salah justru bagi saya itulah berkah. Dr. Azman mengajak kami keluar kampus.

Kami bertiga menaiki mobil Dr. Azman. Kami ketahui bahwa mobil beliau yang memang keren itu, harganya 120 ribu RM. Kalau dirupiahkan dengan kurs 1RM adalah Rp3.000,00 maka harga mobil itu berkisar 360 juta. Harga yang tinggi! Dengan kecepatan tinggi pula, Dr. Azman mengajak kami ke daerah “Putra Jaya”. Daerah itu seperti diceritakan beliau –di dalam mobil– adalah pusat pemerintahan.
Istana Perdana Menteri Malaysia tampak dari mobil yang kami naiki.
Di Putra Jaya, berkumpul kementerian-kementerian. Termasuk juga jabatan [kantor] Perdana Menteri (PM) Malaysia pun ada di daerah tersebut. Sepanjang perjalanan, Dr. Azman terus bercerita dan berbincang bersama kami. Laju mobil sengaja diperlambat agar kami bisa menikmati daerah yang baru pertama kami kunjungi itu. Kami memang tidak berhenti sama sekali di daerah tersebut. Mengapa?

Dr. Azman memang sekadar menunjukkan kepada kami adanya daerah yang “keren” itu. Katanya, suatu saat kalau ingin befoto(-foto) silakan kunjungi tempat ini bersama teman-teman. Kami tentu sangat bersyukur dengan kesempatan tersebut walaupun hanya beberapa menit saja. Setidaknya kepergian tersebut menjadi referensi penting bagi kami nantinya. Suatu saat, –sebelum pulang– kami ingin kembali ke sana, ke Putra Jaya.

Mobil melaju kencang kembali, mulai meninggalkan pusat pemerintahan itu. Jawatan PM yang atasnya berbentuk kubah laksana masjid itu perlahan menjauh dari pandangan mata. Dr. Azman tidak lantas membawa kami ke kampus USIM. Beliau mengajak kami ke suatu tempat. Nampaknya memang beliau ada urusan barang sejenak. Benar, beliau punya kepentingan tetapi kami tidak perlu banyak tahu apa urusan itu.

Setelah Dr. Azman keluar dari syarikat dimana beliau punya kepentingan, kami langsung menuju kedai makan. Dr. Azman memesan makanan tanpa persetujuan kami. Bagi kami pun tidak masalah karena pastinya makanan itu juga cocok buat kami. Akhirnya, kami pun menyantap ayam khas Malaysia ditemani minuman –semacam– sari Semangka. Alhamdulillāh, kepada Dr. Azman Ab. Rahman, kami ucapkan jazākumullāh khairan. []


0 komentar:

Posting Komentar