Selasa, 14 Mei 2013

JOGJA-LCCT

Oleh: Samsul Zakaria (Ka’ Sams)

 
Sekitar 2 minggu jelang keberangkatan ke Malaysia, waktu serasa berjalan melambat. Saya tidak tahu pasti mengapa bisa begitu. Diam-diam, saya memang berangan-angan kapan waktu keberangkatan itu tiba. Saya seolah menjadi “sang penghitung” jalannya waktu. Sejurus dengan itu, tiap waktu –akhirnya– terasa semakin berarti. Hari demi hari saya lalui dengan kisah kehidupan yang penuh dengan sejuta kenangan.

Suasana semakin “mencekam” ketika esok hari saya benar-benar akan “go to USIM, Malaysia”. Mulai dari shalat Dhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya’, sehingga Shubuh. Itulah shalat terakhir saya di Indonesia sebelum ke Malaysia. Saya benar-benar merasakan apa yang dituturkan oleh orang bijak pandai. Beribadahlah kamu seakan(-akan) kamu akan mati esok hari. Hari dan malam itu saya merasa bahwa esok akan “mati” di bumi Indonesia.

Persiapan dari mulai pakaian dan segenap perlengkapan lainnya mewarnai hari yang sangat berkesan itu. Tak lupa saya menghubungi (baca: telfon) orang tua, mengabarkan bahwa esok saya akan berangkat. Sungguh suasana menjadi tidak biasa. Entahlah, aura asing dari mana yang masuk ke kedalaman relung hati saya. Semua itu semakin melengkapi paket “perjalanan ilmiah” saya (dan 4 sahabat saya) nantinya.

Selasa (14/5/’13), saya diantar oleh sahabat saya (M. Miqdam Musawwa yang baru saja pulang umrah, dan Syahruddin) ke bandara. Di atas motor dari asrama saya ke bandara, saya sempatkan untuk bercakap sedikit-banyak dengan Miqdam. Dia bercerita pengalaman touring spiritualnya antara Makkah-Madinah. Luar biasa sahabat saya yang kalem ini. Semoga doa yang saya titipkan padanya diijabahi oleh Allah ta’ala. Amin...

Sampai di Bandara Adisutjipto (Adisucipto), saya bertemu dengan KH. Muhadi Zainuddin. Dia mengantarkan putrinya, Fithriya Safarina, yang termasuk teman satu rombongan ke Malaysia. Saya langsung masuk (check in) setelah mendapatkan tiket dari Ust. Muhammad Roy. Di dalam bandara saya diamanahi oleh ibunda(nya) Arsyad untuk “menjaga” putranya (M. Arsyad Haikal) selama di Malaysia.

Setelah itu, saya dan teman-teman langsung masuk ke ruang tunggu. Sebelumnya, ada pengecekan paspor di loket imigrasi. Di loket itu saya ditegur. “Kalau di imigrasi Malaysia jangan sambil mainan HP, Mas. Nanti tidak lolos,” kata petugas imigrasi. Iya, pasalnya saat paspor diperiksa dan akan distempel, saya masih sempat berkirim SMS. Inilah satu pelajaran penting yang tidak boleh terulang, pastinya. 
Pesawat yang kami tumpangi Air Asia saat mendarat di LCCT, Sepang, Malaysia
Pesawat yang sedianya “take off” pukul 11.45 WIB harus delay dan baru berangkat sekitar pukul 12.50 WIB. Perjalanan memakan waktu sekitar 2 jam 25 menit. Pukul 17 lebih waktu Malaysia (Malaysia lebih cepat satu jam) kami tiba di Low Cost Carrier Terminal (LCCT), Sepang, Malaysia. Sampai di LCCT, kami langsung ke bagian pemeriksaan paspor (foreign passport). Setelah itu, langsung beli kartu baru dengan merek DiGi.

Perjalanan dari LCCT ke USIM sebenarnya tidak begitu lama. Karena pihak USIM urung menjemput, kami disarankan untuk naik taksi. Di bandara itu kami memesan taksi, dengan harga yang lumayan tinggi. Iya, harga taksinya 100 Ringgit Malaysia (RM) atau lebih akuratnya: 99.90 RM. Kalau dikonversi ke Indonesia ya berkisar 300 ribu, untuk satu perjalanan yang tak lebih dari setengah jam. Never mind, dari LCCT cerita lain itu dimulai! []   

0 komentar:

Posting Komentar