Rabu, 15 Mei 2013

KULIAH PERDANA

Oleh: Samsul Zakaria (Ka’ Sams)

 
Rabu (15/5/’13) pukul 08.30 (waktu Malaysia), kami direncanakan bertemu dengan Cik Atikah di Canselori USIM. Canselori, kalau di Indonesia maksudnya adalah “rektorat”. Malamnya, Puan Nadhihah –pembimbing kami di USIM– mengingatkan agar tepat waktu. Pagi-pagi, kami menyiapkan diri, dan saling mengingatkan supaya tidak telat. Alhamdulillah, tepat pukul 08.30 (dengan berjalan kaki dari asrama), kami sampai di Canselori.

Canselori (Rektorat) USIM tampak dari depan
Di Canselori, kami melakukan registrasi awal, dibimbing oleh Cik Atikah. Setelah itu, berbekal surat pengantar, kami menuju fakulti (fakultas) tempat kami akan belajar dan magang. Saya dan M. Iqbal Juliansyahzen di Fakulti Syariah dan Undang-Undang (Kulliyatu asy-Syarī’ah wa al-Qānūn). Sementara M. Arsyad Haikal, Sustia Ningsih, dan Fitriya Safarina di Fakulti Pengajian Al-Quran dan Sunnah (Kulliyatu Dirāsatu al-Qur’ān wa as-Sunnah).

Di Fakulti Syariah dan Undang-Undang (FSU), sekitar jam 10.00 saya dan M. Iqbal bertemu dengan ibu dekan. Dekan FSU adalah seorang Puan, yaitu Dr. Yasmin Hanani Mohd Safian. Beliau sangat ramah, dan siap sedia membantu proses permagangan kami. Dr. Yasmin mempersilakan kami untuk mengikuti beberapa perkuliahan di FSU. Lepas itu, kami akan berada di pejabat (kantor) untuk magang.

Fakultas Syari'ah dan Undang-Undang USIM
Pukul 11.00 kami masuk kelas (sit in) untuk kali pertama. Ruangan kelas di USIM berbeda dengan di UII. Kapasitasnya besar dan berbentuk seperti penggung teater. Arsyad menyebutnya dengan istilah “cinema 21”. Kelas pada kuliah siang itu didominasi oleh kaum Hawa. Jumlah kaum Adam tidak lebih dari sepertiga jumlah perempuan. Saya tidak tahu “jumlah pasti” mahasiswa kelas siang itu, termasuk berapa yang laki-laki dan perempuan.

Seorang dosen yang saya prediksi berasal dari Sudan, Dr. Elsaddig Dowelnor Abdelgadir Fadel Seed, menyampaikan materi tentang “At-Tarjīh baina al-Adillati asy-Syar’iyyah”. Kuliah sedianya akan berakhir pukul 13.00. Tetapi, pensyarah (pengampu) merasa sangat lelah (ta’bān) sehingga meminta undur diri sebelum pukul 12.00. Saya perhatikan tidak ada mahasiswa yang mencoba komplain.

Dr. Elsaddiq Dowelnor Abdelgadir Fadel Seed sedang menyampaikan kuliahnya
Kelas yang besar membuat suasana beberapa kali terasa gaduh. Tidak jarang, Dr. Elsaddig mengingatkan kami untuk menjaga ketenangan kelas. Beliau juga sering bertanya kepada kami apakah sudah paham dan mengerti. Tidak banyak mahasiswa yang memberikan respon, kebanyakan hanya diam. Saya kurang begitu mengerti apakah memang begitu kultur di USIM. Pastinya, diam adalah tanda setuju: paham dan mengerti.

Setelah kuliah, saya dan M. Iqbal mencoba menemui sahabat-sahabat yang magang di fakulti lain. Saya dapati informasi bahwa jam 17.00 petang mereka ada kelas: pembacaan hadits. Saya putuskan untuk mengikuti kelas tersebut. Pasalnya, pada jam tersebut kami sudah free, selesai jam kantor. Usai shalat ‘Ashar (dalam keadaan hujan gerimis), saya dan M. Iqbal berjalan dengan sedikit berlari, menuju Fakultas Pengajian Al-Quran dan Sunnah.

Dr. Najm 'Abdur Rahman Khalaf tampak dari samping kanan, sedang memberikan syarah hadits
Pensyarah sore itu, beliau al-mukarram, Dr. Najm ‘Abdur Rahmān Khalaf. Luar biasa, 2 jempol (dech) untuk beliau! Dengan sangat antusias dan ekspresif, beliau menyampaikan “kuliah” sampai waktu Maghrib tiba. Lepas shalat Maghrib bersama beliau, kami sempat bercakap barang sejenak dengan beliau. Beliau welcome jika kami berhasrat untuk kunjung ke ruangan beliau. Sungguh, paket kuliah pertama yang over all cukup berkesan. []

0 komentar:

Posting Komentar