Oleh: Samsul Zakaria (Ka’ Sams)
Apa yang menarik dari seorang Tukul? Okelah, dari sisi kualitas
mungkin masih bisa diperdebatkan. Benarkah penampilannya menunjukkan bahwa dia
adalah orang yang cerdas atau bukan. Namun, kita tahu bahwa aspek guyonan
atau humor kelas tinggi yang ditampilkannya yang menjadi daya tarik Tukul.
Tidak banyak orang yang bisa menampilkan sesuatu sebagaimana Tukul sanggup
melakukannya.
Saya hanya ingin mengatakan bahwa humor itu penting dalam kehidupan.
Konsentrasi manusia untuk menanggap sesuatu yang serius dengan serius pula
paling lama 15 menit. Setelah itu jika tidak diselingi dengan humor rasa kantuk
biasanya segera menjadi teman setia. Jadilah tempat duduk sebagai “kamar” tidur
yang seolah nyamannya tidak ketulungan.
Memang benar bahwa jika humor berlebihan kemudian menjadikan kita lupa
pada Sang Kuasa tentu tidak baik. Dalam konteks tayangan Tukul, yang perlu
dikritisi adalah humornya sudah sesuai standar atau terlalu berlebihan. Apalagi
jika humornya lebih bernuansa menggunjing dan seterusnya. Itu tentu bukanlah
sesuatu yang diafirmasi oleh agama manapun.
Ketika kehidupan boleh disifati dengan satu kata sifat (adjective)
maka idealnya pada saat yang sama juga berlaku sebaliknya. Maksudnya, ia boleh
pula diberi kata sifat yang berlawanan dengan kata sifat yang pertama.
Misalnya, mengapa kita berani menyebut ada orang kaya? Itu karena pada saat
yang sama ada orang miskin. Mengapa di ujung sana bernama terang? Itu, karena
mungkin saat ini di sini sedang ada gelap atau kegelapan.
Selalu ada dua hal yang berlawanan namun membentuk satu kesatuan yang
tidak terpisahkan. Inilah yang dalam istilah sosial disebut dengan “oposisi
biner”. Begitu juga kondisinya dengan cara orang menatap kehidupan. Ada saatnya
kita harus menyimak kehidupan dengan seksama dan penuh kekhusyukan. Namun, pada
saat lain perlulah kita tersenyum lantas tertawa karena ada kelucuan yang luar
biasa di panggung dunia ini.
Humor sendiri sebenarnya disajikan untuk menciptakan dinamika dalam
kehidupan. Bahwa ada hal yang ketika kita perhatikan membuat kita ingin tertawa
lepas. Dengan begitu, mood yang awalnya kusut dapat kembali normal. Jika
sudah normal maka saat itulah kita siap untuk menangkap sesuatu dengan serius
kembali. Jadi, pertukaran keadaan itu yang membuat kita maksimal dalam
memperoleh arti kehidupan.
Dalam sebuah seminar, seorang professor psikologi bertutur bahwa ciri
orang cerdas adalah yang pandai (ber)humor. Tentu bukan sembarang humor yang
dimaksudkan. Ada sisi kecerdasan pula yang ditampilkan dalam humor tersebut.
Sehingga, wajar kalau yang pandai humor memang orang yang cerdas.
Pertanyaannya, sudah siapkah kita mengedepankan humor yang cerdas dalam
kehidupan?
Humor memang mengundang tawa. Namun, tidaklah pantas pula kalau kita
hanya terhanyut dalam dunia tawa. Pasalnya, hidup ini bukan disediakan sebagai
panggung tertawa belaka. Di balik tertawa kita, ada hal positif yang selaiknya
memantik semangat hidup. Dengan humor kamudian kita tertawa karena kita optimis
menatap kehidupan. Dengan begitu, kita akan tertawa bahagia karena-Nya. Semoga!
Allāhu a’lamu. []
0 komentar:
Posting Komentar