Selasa, 29 Januari 2013

HUMOR


Oleh: Samsul Zakaria (Ka’ Sams)


Apa yang menarik dari seorang Tukul? Okelah, dari sisi kualitas mungkin masih bisa diperdebatkan. Benarkah penampilannya menunjukkan bahwa dia adalah orang yang cerdas atau bukan. Namun, kita tahu bahwa aspek guyonan atau humor kelas tinggi yang ditampilkannya yang menjadi daya tarik Tukul. Tidak banyak orang yang bisa menampilkan sesuatu sebagaimana Tukul sanggup melakukannya.

Saya hanya ingin mengatakan bahwa humor itu penting dalam kehidupan. Konsentrasi manusia untuk menanggap sesuatu yang serius dengan serius pula paling lama 15 menit. Setelah itu jika tidak diselingi dengan humor rasa kantuk biasanya segera menjadi teman setia. Jadilah tempat duduk sebagai “kamar” tidur yang seolah nyamannya tidak ketulungan.

Memang benar bahwa jika humor berlebihan kemudian menjadikan kita lupa pada Sang Kuasa tentu tidak baik. Dalam konteks tayangan Tukul, yang perlu dikritisi adalah humornya sudah sesuai standar atau terlalu berlebihan. Apalagi jika humornya lebih bernuansa menggunjing dan seterusnya. Itu tentu bukanlah sesuatu yang diafirmasi oleh agama manapun.

Ketika kehidupan boleh disifati dengan satu kata sifat (adjective) maka idealnya pada saat yang sama juga berlaku sebaliknya. Maksudnya, ia boleh pula diberi kata sifat yang berlawanan dengan kata sifat yang pertama. Misalnya, mengapa kita berani menyebut ada orang kaya? Itu karena pada saat yang sama ada orang miskin. Mengapa di ujung sana bernama terang? Itu, karena mungkin saat ini di sini sedang ada gelap atau kegelapan.

Selalu ada dua hal yang berlawanan namun membentuk satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Inilah yang dalam istilah sosial disebut dengan “oposisi biner”. Begitu juga kondisinya dengan cara orang menatap kehidupan. Ada saatnya kita harus menyimak kehidupan dengan seksama dan penuh kekhusyukan. Namun, pada saat lain perlulah kita tersenyum lantas tertawa karena ada kelucuan yang luar biasa di panggung dunia ini.

Humor sendiri sebenarnya disajikan untuk menciptakan dinamika dalam kehidupan. Bahwa ada hal yang ketika kita perhatikan membuat kita ingin tertawa lepas. Dengan begitu, mood yang awalnya kusut dapat kembali normal. Jika sudah normal maka saat itulah kita siap untuk menangkap sesuatu dengan serius kembali. Jadi, pertukaran keadaan itu yang membuat kita maksimal dalam memperoleh arti kehidupan.

Dalam sebuah seminar, seorang professor psikologi bertutur bahwa ciri orang cerdas adalah yang pandai (ber)humor. Tentu bukan sembarang humor yang dimaksudkan. Ada sisi kecerdasan pula yang ditampilkan dalam humor tersebut. Sehingga, wajar kalau yang pandai humor memang orang yang cerdas. Pertanyaannya, sudah siapkah kita mengedepankan humor yang cerdas dalam kehidupan?

Humor memang mengundang tawa. Namun, tidaklah pantas pula kalau kita hanya terhanyut dalam dunia tawa. Pasalnya, hidup ini bukan disediakan sebagai panggung tertawa belaka. Di balik tertawa kita, ada hal positif yang selaiknya memantik semangat hidup. Dengan humor kamudian kita tertawa karena kita optimis menatap kehidupan. Dengan begitu, kita akan tertawa bahagia karena-Nya. Semoga! Allāhu a’lamu. []

0 komentar:

Posting Komentar