Oleh: Kafa Billāh Syahīda
Seorang teman bercerita tentang salah seorang yang pernah berkisah
padanya. Kisahnya, ketika akan menghadapi ujian seharusnya ia belajar untuk
menyiapkan ujiannya. Namun, di saat yang sama ada temannya yang minta diajari
sesuatu. Akhirnya, ia memilih mengajari temannya tersebut, dan artinya dia
tidak belajar untuk kesiapan ujiannya esok hari. Singkat cerita, tanpa belajar
ia justru bisa mengerjakan ujian dengan lancar.
Apa yang sesungguhnya bisa kita petik dari kisah di atas? Iya, dalam
meraih sesuatu memang tidak harus dengan jalan yang lazim ditempuh oleh
kebanyakan orang. Kadangkala ada hal yang sekilas sukar dinalar namun ternyata
memang benar-benar terjadi. Berbuat A seharusnya menghasilkan B, ternyata lebih
dari itu berujung pada D, E, F dan seterusnya. Ini lagi-lagi karena ada “sisi
lain” di balik pilihan hidup kita.
Dalam kisah di atas ada dua pilihan (opsi). Pertama, yang
bersangkutan memilih belajar yang artinya manfaatnya hanya dirasakan secara
personal. Kedua, dia memilih mengajari temannya. Manfaatnya ganda.
Selain menyebarkan ilmu kepada yang membutuhkan juga mengulang ingatannya
terhadap apa yang sudah ia fahami. Dan di balik pilihan kedua, Allah
menyediakan balasan kemudahan dalam menjalankan soal ujian.
Contoh lain, banyak orang yang mengira bahwa penghasilan harian sebesar
20 ribu adalah kecil. Ini memang relatif. Namun, bagi orang yang “nrimo” bisa
jadi dengan 20 ribu cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Bahkan, ia
masih bisa menyimpan sebagiannya dan memberikan sebagian yang lain sebagai
sedekah. Selain perkara menejemen yang baik juga ada “hal lain” didalamnya.
Inilah yang dinamakan dengan berkah. Seorang dosen pernah berujar bahwa
berkah adalah kelebihan dari nilai nominal. Berkah adalah sebuah nilai (value)
yang tidak bisa diukur dengan nominal semata. Ia diperoleh oleh orang yang
memang ikhlas dalam bekerja. Begitu juga akan didapatkan oleh orang yang
bersyukur atas nikmat Tuhan-Nya. Tidak ada rasa sesal ketika rejeki belum juga
bertambah.
Di masyarakat kita ada istilah “ngalap berkah”. Dalam bahasa Arab
mungkin maksudnya adalah “tabārukan”. Hal ini menunjukkan bahwa keberkahan itu
penting dalam hidup ini. Betapapun besar penghasilan harian seseorang jika
tidak berkah mungkin masih kurang. Betapapun seseorang belajar dengan
sungguh-sungguh kalau tidak ada keberkahan ya hanya sekadarnya saja yang
didapatkan.
Kembali ke kisah di atas, rasanya memang perlu untuk mengedepankan
“caring” dalam hidup ini. Kita hidup bukanlah untuk memuaskan diri kita
sendiri. Kita ada karena orang lain butuh kehadiran kita. Kita siap ketika
orang lain menginginkan bantuan kita. Itu adalah sebuah panggilan jiwa yang
jika dihikmati akan membawa kedamaian dan ketentraman tersendiri dalam jiwa.
Ketika kita mencoba untuk memberikan yang terbaik untuk orang lain
berarti kita mencoba untuk menghadirkan kebahagiaan dalam hidup. Jika kita
bahagia maka kita merasa bahwa pemberian Tuhan adalah segalanya. Dengan begitu
maka keberkahan hidup akan kita dapatkan. Berapapun nikmat yang diberikan
asalkan karenanya kebutuhan tercukupi, itulah berkah. Allāhu a’lamu. []
0 komentar:
Posting Komentar