Selasa, 29 Januari 2013

BERKAH

Oleh: Kafa Billāh Syahīda


Seorang teman bercerita tentang salah seorang yang pernah berkisah padanya. Kisahnya, ketika akan menghadapi ujian seharusnya ia belajar untuk menyiapkan ujiannya. Namun, di saat yang sama ada temannya yang minta diajari sesuatu. Akhirnya, ia memilih mengajari temannya tersebut, dan artinya dia tidak belajar untuk kesiapan ujiannya esok hari. Singkat cerita, tanpa belajar ia justru bisa mengerjakan ujian dengan lancar.

Apa yang sesungguhnya bisa kita petik dari kisah di atas? Iya, dalam meraih sesuatu memang tidak harus dengan jalan yang lazim ditempuh oleh kebanyakan orang. Kadangkala ada hal yang sekilas sukar dinalar namun ternyata memang benar-benar terjadi. Berbuat A seharusnya menghasilkan B, ternyata lebih dari itu berujung pada D, E, F dan seterusnya. Ini lagi-lagi karena ada “sisi lain” di balik pilihan hidup kita.

Dalam kisah di atas ada dua pilihan (opsi). Pertama, yang bersangkutan memilih belajar yang artinya manfaatnya hanya dirasakan secara personal. Kedua, dia memilih mengajari temannya. Manfaatnya ganda. Selain menyebarkan ilmu kepada yang membutuhkan juga mengulang ingatannya terhadap apa yang sudah ia fahami. Dan di balik pilihan kedua, Allah menyediakan balasan kemudahan dalam menjalankan soal ujian.

Contoh lain, banyak orang yang mengira bahwa penghasilan harian sebesar 20 ribu adalah kecil. Ini memang relatif. Namun, bagi orang yang “nrimo” bisa jadi dengan 20 ribu cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Bahkan, ia masih bisa menyimpan sebagiannya dan memberikan sebagian yang lain sebagai sedekah. Selain perkara menejemen yang baik juga ada “hal lain” didalamnya.

Inilah yang dinamakan dengan berkah. Seorang dosen pernah berujar bahwa berkah adalah kelebihan dari nilai nominal. Berkah adalah sebuah nilai (value) yang tidak bisa diukur dengan nominal semata. Ia diperoleh oleh orang yang memang ikhlas dalam bekerja. Begitu juga akan didapatkan oleh orang yang bersyukur atas nikmat Tuhan-Nya. Tidak ada rasa sesal ketika rejeki belum juga bertambah.

Di masyarakat kita ada istilah “ngalap berkah”. Dalam bahasa Arab mungkin maksudnya adalah “tabārukan”. Hal ini menunjukkan bahwa keberkahan itu penting dalam hidup ini. Betapapun besar penghasilan harian seseorang jika tidak berkah mungkin masih kurang. Betapapun seseorang belajar dengan sungguh-sungguh kalau tidak ada keberkahan ya hanya sekadarnya saja yang didapatkan.

Kembali ke kisah di atas, rasanya memang perlu untuk mengedepankan “caring” dalam hidup ini. Kita hidup bukanlah untuk memuaskan diri kita sendiri. Kita ada karena orang lain butuh kehadiran kita. Kita siap ketika orang lain menginginkan bantuan kita. Itu adalah sebuah panggilan jiwa yang jika dihikmati akan membawa kedamaian dan ketentraman tersendiri dalam jiwa.

Ketika kita mencoba untuk memberikan yang terbaik untuk orang lain berarti kita mencoba untuk menghadirkan kebahagiaan dalam hidup. Jika kita bahagia maka kita merasa bahwa pemberian Tuhan adalah segalanya. Dengan begitu maka keberkahan hidup akan kita dapatkan. Berapapun nikmat yang diberikan asalkan karenanya kebutuhan tercukupi, itulah berkah. Allāhu a’lamu. []

0 komentar:

Posting Komentar