Oleh: Samsul Zakaria (Ka’ Sams)
Selama ini mungkin masih banyak yang berpandangan miring tentang
koran. Koran tak ubahnya berita gosip di media elektronik khususnya televisi
yang sebenarnya tidak layak (di)konsumsi. Itu mungkin alasan mereka yang
anti koran. Namun, benarkah selalu demikian kondisinya? Mungkinkah satu koran
yang jumlah halamannya rata-rata lebih dari 20 itu hanya berisi gosip, dan
saudara-saudaranya?
Saya pernah membaca salah satu opini di media massa. Isinya adalah
sebuah anjuran kepada para kiayi untuk akrab dengan koran. Sebab, dengan begitu
sang kiayi akan mengetaui perkembangan informasi. Bukan hanya mempelajari kitab
kuning yang sebenarnya dari dulu sampai sekarang juga masih sama isinya. Tanpa
merendahkan kitab kuning, koran tetaplah perlu untuk dikonsumsi oleh kiayi
termasuk santrinya.
Mungkin banyak yang sudah mendengar, “Saat ini koran lebih banyak
dibaca daripada Al-Qur’an.” Statemen itu memang ada benarnya. Ketika banyak
orang Islam yang membaca koran dan sama sekali melupakan Al-Qur’an-nya tentu
menjadi pertanyaan besar. Tapi, menurut saya sangatlah ideal jika setelah
membaca Al-Qur’an selepas Shubuh kemudian dilanjutkan dengan membaca berita
pagi, koran.
Dengan membaca Al-Qur’an, berarti kita mencoba untuk membangun
kedekatan-transendental dengan Ilahi. Apalagi itu dilakukan di pagi hari, di
saat otak sedang dalam kondisi on fire. Setelah itu, barulah melahap isi
informasi yang disajikan koran. Kalau memang tidak patut membaca rubrik gosip
dan semacamnya toh masih bisa ditinggalkan. Dan banyak rubrik lain yang
sebenarnya edukatif dan jauh dari unsur ngegosip.
Memang tidak mudah membangun kebiasaan yang seimbang: membaca Al-Qur’an
dan membaca koran. Seringkali yang terjadi adalah terbiasa untuk mengakrabi
salah satunya. Kalau seseorang gemar membaca Al-Qur’an mungkin dia sudah tidak
tertarik untuk membaca koran. Sementara sebaliknya, yang sudah terlanjur kesengsem
dengan koran akhirnya melupakan Al-Qur’an, kitab sucinya.
Sejak awal harus ditancapkan bahwa kebutuhan kita itu memang beragam. Di
satu sisi butuh komunikasi intens yang berkelanjutan dengan Allah. Membaca Al-Qur’an
dalam hal ini adalah wasilah-nya. Sementara di sisi lain, kita juga
butuh informasi aktual agar tidak ketinggalan zaman. Dan membaca koran adalah
cara untuk mendapatkannya. Dengan begitu maka keduanya akan dilakukan dengan
berimbang.
Sebenarnya, banyak hal penting yang tertulis dengan indah dan rapi dalam
koran. Misalnya, rubrik opini yang jelas dengan membacanya kita dapat
mengetahui cara fikir penulisnya. Selain itu, opini adalah tulisan yang
berangkat dari fakta aktual, yang sedang menjadi trending topic.
Artinya, dengan membaca opini secara tidak langsung kita akan mengetahui fakta
yang sedang berkembang.
Intinya, koran sebenarnya tetaplah penting menjadi teman setia. Bagi
saya pribadi, ia tidak ubahnya buku yang kata orang Arab adalah sebaik-baik teman
duduk. Kumpulan informasi yang baik dan tidak, pastinya tersedia dalam koran.
Menjadi tugas kita yang membaca untuk menyaring informasi tersebut. Kalau ingin
mencari aman, ya membaca informasi edukatif saja, yang pastinya juga ada
dalam koran. Allāhu a’lamu. []
0 komentar:
Posting Komentar