Selasa, 29 Januari 2013

KORAN


Oleh: Samsul Zakaria (Ka’ Sams)


Selama ini mungkin masih banyak yang berpandangan miring tentang koran. Koran tak ubahnya berita gosip di media elektronik khususnya televisi yang sebenarnya tidak layak (di)konsumsi. Itu mungkin alasan mereka yang anti koran. Namun, benarkah selalu demikian kondisinya? Mungkinkah satu koran yang jumlah halamannya rata-rata lebih dari 20 itu hanya berisi gosip, dan saudara-saudaranya?

Saya pernah membaca salah satu opini di media massa. Isinya adalah sebuah anjuran kepada para kiayi untuk akrab dengan koran. Sebab, dengan begitu sang kiayi akan mengetaui perkembangan informasi. Bukan hanya mempelajari kitab kuning yang sebenarnya dari dulu sampai sekarang juga masih sama isinya. Tanpa merendahkan kitab kuning, koran tetaplah perlu untuk dikonsumsi oleh kiayi termasuk santrinya.

Mungkin banyak yang sudah mendengar, “Saat ini koran lebih banyak dibaca daripada Al-Qur’an.” Statemen itu memang ada benarnya. Ketika banyak orang Islam yang membaca koran dan sama sekali melupakan Al-Qur’an-nya tentu menjadi pertanyaan besar. Tapi, menurut saya sangatlah ideal jika setelah membaca Al-Qur’an selepas Shubuh kemudian dilanjutkan dengan membaca berita pagi, koran.

Dengan membaca Al-Qur’an, berarti kita mencoba untuk membangun kedekatan-transendental dengan Ilahi. Apalagi itu dilakukan di pagi hari, di saat otak sedang dalam kondisi on fire. Setelah itu, barulah melahap isi informasi yang disajikan koran. Kalau memang tidak patut membaca rubrik gosip dan semacamnya toh masih bisa ditinggalkan. Dan banyak rubrik lain yang sebenarnya edukatif dan jauh dari unsur ngegosip.

Memang tidak mudah membangun kebiasaan yang seimbang: membaca Al-Qur’an dan membaca koran. Seringkali yang terjadi adalah terbiasa untuk mengakrabi salah satunya. Kalau seseorang gemar membaca Al-Qur’an mungkin dia sudah tidak tertarik untuk membaca koran. Sementara sebaliknya, yang sudah terlanjur kesengsem dengan koran akhirnya melupakan Al-Qur’an, kitab sucinya.

Sejak awal harus ditancapkan bahwa kebutuhan kita itu memang beragam. Di satu sisi butuh komunikasi intens yang berkelanjutan dengan Allah. Membaca Al-Qur’an dalam hal ini adalah wasilah-nya. Sementara di sisi lain, kita juga butuh informasi aktual agar tidak ketinggalan zaman. Dan membaca koran adalah cara untuk mendapatkannya. Dengan begitu maka keduanya akan dilakukan dengan berimbang.

Sebenarnya, banyak hal penting yang tertulis dengan indah dan rapi dalam koran. Misalnya, rubrik opini yang jelas dengan membacanya kita dapat mengetahui cara fikir penulisnya. Selain itu, opini adalah tulisan yang berangkat dari fakta aktual, yang sedang menjadi trending topic. Artinya, dengan membaca opini secara tidak langsung kita akan mengetahui fakta yang sedang berkembang.

Intinya, koran sebenarnya tetaplah penting menjadi teman setia. Bagi saya pribadi, ia tidak ubahnya buku yang kata orang Arab adalah sebaik-baik teman duduk. Kumpulan informasi yang baik dan tidak, pastinya tersedia dalam koran. Menjadi tugas kita yang membaca untuk menyaring informasi tersebut. Kalau ingin mencari aman, ya membaca informasi edukatif saja, yang pastinya juga ada dalam koran. Allāhu a’lamu. []

0 komentar:

Posting Komentar