Selasa, 29 Januari 2013

MENABUNG


Oleh: Samsul Zakaria (Ka’ Sams)


Sejak kecil saya sudah dikenalkan bahwa menabung itu adalah sebuah kebaikan. Menyisihkan sebagian uang saku seolah menjadi tindakan nyata untuk memulai kebiasaan menabung. Walaupun terkadang orang tua menganggarkan sendiri uang untuk ditabung. Kalau begitu namanya bukan menyisihkan uang jajan. Tapi, lebih kepada menunaikan amanah orang tua karena sudah memberikan uang tersendiri untuk ditabung.

Kata pepatah, sedia payung sebelum hujan. Menabung bisa jadi dimaksudkan untuk menyediakan payung sebelum hujan datang. Payung dalam konteks menabung adalah cadangan finansial. Sementara hujannya adalah kebutuhan tidak terduga yang mungkin ada di kemudian hari. Semakin besar payung yang kita siapkan maka semakin aman pula tubuh kita dari guyuran air saat hujan tiba.

Menabung juga boleh jadi diniatkan untuk kebutuhan yang sudah diprediksikan di masa mendatang. Misalnya, orang tua yang menginginkan anaknya kuliah. Sejak anaknya masih duduk di bangku SMA sudah menyiapkan anggaran dengan menabung untuk persiapan kuliah buah hatinya. Begitu juga umat Islam yang berniat menunaikan ibadah di tanah suci. Biasanya, menabung dalam jangka waktu sekian tahun menjadi pilihannya.

Suatu ketika saya dibuat bertanya-tanya bagaimana seorang yang masih kuliah namun bisa menabung dalam jumlah yang besar. Dengan tabungannya, ia bisa berjalan-jalan ke luar negeri bahkan. Akhirnya, saya mencoba untuk menanyakan hal itu kepada yang bersangkutan. Barangkali dengan tips dan trik yang berikan, saya bisa mencontoh. Dengan begitu, saya berkesempatan pula pergi ke luar negeri dengan uang tabungan sendiri.

Dengan simpel dia membaerikan analogi. Mengapa orang bisa menabung, dalam jumlah besar? Itu karena pengeluarannya pasti tidak lebih banyak dari pendapatannya. Oleh karena itu, jika ingin menabung kita harus memperbesar pendapatan. Sebagai follow up-nya kita juga harus menekan jumlah pengeluaran. Dengan begitu, kesempatan untuk menabung dalam jumlah yang besar terbuka lebar.

Mendengar jawaban tersebut saya hanya bisa menganggukkan kepada sebagai tanda bahwa saya setuju. Saat ini mungkin banyak orang yang ingin menabung, termasuk saya. Sayangnya, kita belum memaksimalkan pendapatan. Di saat yang sama, pengeluaran kita juga di-setting seimbang dengan pendapatan. Bahkan, dalam banyak kasus –justru– besar pasak daripada tiang. Kalau begitu, mana bisa menabung.

Memang benar bahwa menabung untuk urusan di dunia itu penting. Namun, sebenarnya ada hal yang lebih penting. Iya, kita tetap harus memikirkan tabungan akhirat kita. Tidak patut jika tabungan uang kita berjuta-juta tapi tidak pernah menabung untuk bekal di akhirat kelak. Padahal, kehidupan dunia hanyalah sementara dan akhirat adalah sebuah kekekalan.

Baiklah, mari melakukan keseimbangan dalam hidup. Kita perlu menabung untuk kesiapan kita di kemudian hari di dunia ini. Tapi, kita juga harus menabung untuk keselamatan kita di akhirat nanti. Dan tabungan kita untuk kepentingan yang lebih abadi justru lebih menjanjikan. Firman Allah, “…Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka Allah akan menggantinya. Dan Dia sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS. Saba’ [34]: 39). Allāhu a’lamu. []


0 komentar:

Posting Komentar