Oleh: Samsul Zakaria (Ka’ Sams)
Sejak kecil saya
sudah dikenalkan bahwa menabung itu adalah sebuah kebaikan. Menyisihkan sebagian
uang saku seolah menjadi tindakan nyata untuk memulai kebiasaan menabung.
Walaupun terkadang orang tua menganggarkan sendiri uang untuk ditabung. Kalau
begitu namanya bukan menyisihkan uang jajan. Tapi, lebih kepada menunaikan amanah
orang tua karena sudah memberikan uang tersendiri untuk ditabung.
Kata pepatah, sedia
payung sebelum hujan. Menabung bisa jadi dimaksudkan untuk menyediakan
payung sebelum hujan datang. Payung dalam konteks menabung adalah cadangan
finansial. Sementara hujannya adalah kebutuhan tidak terduga yang mungkin ada
di kemudian hari. Semakin besar payung yang kita siapkan maka semakin aman pula
tubuh kita dari guyuran air saat hujan tiba.
Menabung juga boleh
jadi diniatkan untuk kebutuhan yang sudah diprediksikan di masa mendatang.
Misalnya, orang tua yang menginginkan anaknya kuliah. Sejak anaknya masih duduk
di bangku SMA sudah menyiapkan anggaran dengan menabung untuk persiapan kuliah
buah hatinya. Begitu juga umat Islam yang berniat menunaikan ibadah di tanah
suci. Biasanya, menabung dalam jangka waktu sekian tahun menjadi pilihannya.
Suatu ketika saya
dibuat bertanya-tanya bagaimana seorang yang masih kuliah namun bisa menabung
dalam jumlah yang besar. Dengan tabungannya, ia bisa berjalan-jalan ke luar
negeri bahkan. Akhirnya, saya mencoba untuk menanyakan hal itu kepada yang
bersangkutan. Barangkali dengan tips dan trik yang berikan, saya bisa
mencontoh. Dengan begitu, saya berkesempatan pula pergi ke luar negeri dengan
uang tabungan sendiri.
Dengan simpel dia
membaerikan analogi. Mengapa orang bisa menabung, dalam jumlah besar? Itu
karena pengeluarannya pasti tidak lebih banyak dari pendapatannya. Oleh karena
itu, jika ingin menabung kita harus memperbesar pendapatan. Sebagai follow
up-nya kita juga harus menekan jumlah pengeluaran. Dengan begitu,
kesempatan untuk menabung dalam jumlah yang besar terbuka lebar.
Mendengar jawaban
tersebut saya hanya bisa menganggukkan kepada sebagai tanda bahwa saya setuju. Saat
ini mungkin banyak orang yang ingin menabung, termasuk saya. Sayangnya, kita
belum memaksimalkan pendapatan. Di saat yang sama, pengeluaran kita juga di-setting
seimbang dengan pendapatan. Bahkan, dalam banyak kasus –justru– besar pasak
daripada tiang. Kalau begitu, mana bisa menabung.
Memang benar bahwa
menabung untuk urusan di dunia itu penting. Namun, sebenarnya ada hal yang
lebih penting. Iya, kita tetap harus memikirkan tabungan akhirat kita. Tidak
patut jika tabungan uang kita berjuta-juta tapi tidak pernah menabung untuk
bekal di akhirat kelak. Padahal, kehidupan dunia hanyalah sementara dan akhirat
adalah sebuah kekekalan.
Baiklah, mari
melakukan keseimbangan dalam hidup. Kita perlu menabung untuk kesiapan kita di
kemudian hari di dunia ini. Tapi, kita juga harus menabung untuk keselamatan
kita di akhirat nanti. Dan tabungan kita untuk kepentingan yang lebih abadi
justru lebih menjanjikan. Firman Allah, “…Dan apa saja yang kamu nafkahkan
maka Allah akan menggantinya. Dan Dia sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS.
Saba’ [34]: 39). Allāhu a’lamu. []
0 komentar:
Posting Komentar