Selasa, 29 Januari 2013

HABIT


Oleh: Samsul Zakaria (Ka’ Sams)


Ini adalah sebuah ungkapan yang cukup familiar di masyarakat kita: “Ala bisa karena biasa.” Orang yang serba bisa itu disebabkan karena ia sudah terbiasa melakukannya. Itulah mengapa saat saya terkagum-kagum dengan kelihaian seseorang ada yang kemudian mengingatkan. “Ya tidak usah nggumun (kagum), namanya juga sudah kerjaannya.” Bagaimanapun, saya tidak bisa menyembunyikan kekaguman saya dalam kondisi tertentu.

Dalam hal apapun penting untuk menancapkan kebiasaan. Inilah yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah habit. Ketika sesuatu sudah menjadi kebiasaan maka jadilah ia sebagai diri kita. Maksudnya, ia tiada lain adalah karakter kita yang melekat erat dan sukar tergantikan oleh yang lainnya. Pokoknya, ia adalah teman dekat yang kesetiaannya tidak perlu diuji lagi.

Nah, persoalannya adalah untuk menuju habit itu memang tidak mudah. Saya pernah mendengar, lakukan sesuatu yang baik itu selama 90 hari. Setelah itu, pada hari ke-91 dan seterusnya akan menjadi kebiasaan kita. Wah, lumayan lama bukan, sekitar 3 bulan. Jika pada hari ke-90 kita gagal/berhenti maka berdasarkan anjuran itu gagal pula kebaikan itu menjadi kebiasaan (habit) kita.

Tere Liye beda lagi konsepnya. Sebagai penulis yang cukup terkenal dengan karya-karyanya di negeri ini tentu memiliki tips untuk menjadi penulis handal. Dalam sebuah workshop ia menanjurkan peserta untuk membangun kebiasaan menulis. Caranya, dengan berlatih menulis setiap hari minimal seribu (1000) kata selama 6 bulan. Setelah itu, katanya, kita akan sama dengan penulis manapun.

Wow, luar biasa sekali anjuran Tere Liye. Saya pribadi sejak mengikuti workshop-nya belum berhasil melakukannya. Tepatnya, saya juga belum menargetkan diri untuk konsen menaati perintah Tere Liye. Bang Tere –begitu ia sering disapa– menurut saya ingin mengatakan bawah tidak ada yang instan di dunia ini. Kalau kita ingin expert ya harus berani membangun kebiasaan yang positif, dan pastinya dalam waktu yang lama.

You make your habit firstly. Then, your habit will make you secondly.” Banyak ungkapan yang senada dengan statemen tersebut. Pertama-teman memang kita harus membiasakan diri dengan hal yang positif. Setelah itu barulah hal yang positif itu yang akan melabeli diri kita. Misalnya, kita berusaha keras menjadi penulis walaupun terkesan dipaksa. Setelah menulis menjadi kebiasaan kita maka label penulis akan kita dapatkan.

Memang, namanya memulai itu beratnya luar biasa. Seperti halnya memulai mengendarai sepeda motor butuh energi ekstra (gigi persneling tingkat 1). Sehingga, orang yang ingin memulai memang harus berani melawan kemalasannya dan segala bad mood lainnya. Setelah itu barulah ia mampu melakukan awal perubahan besar dalam dirinya. Sebab, pada akhirnya kebiasaan baiknya lah yang akan menyematkan label positif untuknya.

Baik, jika sudah demikian maka beranikah kita memulai untuk membangun kebiasaan (habit)? Sebagai manusia yang disiapkan menjadi pemenang maka seharusnya kita siap. Mari berkeyakinan bahwa semakin banyak kebiasaan baik yang kita lakukan semakin mulia hidup kita. Selain itu, kita tidak akan memiliki banyak waktu untuk melakukan kesia-siaan. Āmīn. Allāhu a’lamu. []

0 komentar:

Posting Komentar